Jumat, 22 Juni 2012

Wayang Kulit, Mahakarya Seni Pertunjukan Jawa


Malam di Yogyakarta akan terasa hidup jika anda melewatkannya dengan melihat wayang kulit. Irama gamelan yang rancak berpadu dengan suara merdu para sinden takkan membiarkan anda jatuh dalam kantuk. Cerita yang dibawakan sang dalang akan membawa anda larut seolah ikut masuk menjadi salah satu tokoh dalam kisah yang dibawakan. Anda pun dengan segera akan menyadari betapa agungnya budaya Jawa di masa lalu.
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.
Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.
Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.
Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.
Sasono Hinggil yang terletak di utara alun-Alun Selatan adalah tempat yang paling sering menggelar acara pementasan wayang semalam suntuk, biasanya diadakan setiap minggu kedua dan keempat mulai pukul 21.00 WIB. Tempat lainnya adalah Bangsal Sri Maganti yang terletak di Kraton Yogyakarta. Wayang Kulit di bangsal tersebut dipentaskan selama 2 jam mulai pukul 10.00 WIB setiap hari Sabtu dengan tiket Rp 5.000,00


Selain surga bagi wisata kuliner, sebagai kota budaya kota Solo tentu saja juga memiliki beragam stok wisata budaya. Salah satu wisata budaya di kota Solo yang dapat dinikmati setiap malam adalah pertunjukan kesenian wayang orang. Anda tinggal mengunjungi Gedung Wayang Orang yang berada di komplek Taman Hiburan Rakyat Solo. Tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, cukup siapkan uang Rp.3000,00 maka anda sudah bisa menyaksikan totalitas para pemain dalam memerankan tokoh-tokoh pewayangan. Pertunjukan dimulai pukul 20.30 WIB sampai selesai. Durasi pentas wayang orang ini tergantung dengan lakon apa yang sedang dimainkan. Jangan khawatir soal perut anda, karena di seputar gedung pertunjukan anda juga bisa membeli cemilan ndeso macam kacang godok, telo godok, gedang godok, dan lain-lain untuk menemani anda menikmati pertunjukan. Di dalam gedung ini, Anda juga tidak perlu takut kegerahan, karena sudah dilengkapi penyejuk ruangan alias AC.

Telah lama pertunjukan wayang orang ini menjadi agenda rutin komplek THR Solo. Wayang orang Sriwedari pernah mengalami masa jaya pada sekitar tahun 70-an. Namun sekarang jumlah pengunjung tinggal dapat dihitung dengan jari, meski begitu hal tersebut tidak menyurutkan semangat para seniman wayang orang tersebut untuk total memainkan perannya. Totalitas disini dapat kita lihat dari tata panggung, tata lampu, kostum, serta akting para pemain yang terlihat bagus dan tertata dengan rapi.

Jadi bagi anda yang sedang merencanakan atau malah sudah berada di kota Solo, segera saja masukkan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari dalam daftar tempat yang harus anda kunjungi. Mari kita lestarikan kebudayaan kita sendiri sebelum dilakukan oleh orang lain. 
Iringan Wayang Gaya Surakarta

Dalam dunia wayang kulit Jawa, pembagian babak juga didasarkan pada perbedaan pathet atau musik yang dibawakan. Musik berperan selain berkaitan erat dengan pembabakan cerita, musik juga berperan dalam pengadeganan cerita. Prof. Umar Kayam menjelaskan iringan musik wayang kulit dari gaya Surakarta:
Iringan Gaya Surakarta
No.
Adegan
Musik
1
Jejer (1)
a. Batara Guru dan Kerajaan Ngamarta
Gandhing Kawit

b. Ngastina Duryudana
Gandhing Kabor dilanjutkan Ladrang Krawitan

c. Yang lainnya
Gendhing Krawitan dilanjutkan Ladrangan

Tamu datang


Ratu Ngamarta
Ladrang Mangu

Nangkula/Sadewa
Ladrang Kembang Pepe

Janaka
Ladang Srikaton

Baladewa
1. Ladrang Remeng
2. Ladrang Sobang
3. Ladrang Diradameta

Karna
1. Ladrang Sobah
2. Ladrang Peksi Kuwung

Sangkuni
Ladrang Lere-Lere

Kangsa
Sama dengan untuk Baladewa

Jalasengara
Ladrang Erang-erang

Patih Sabrang
Ladrang Sobrang

Danawa peksi
Ladrang Sobrang

Randha-widada
Ladrang Sobrang

Tamu mundur
Suluk Pathet Nem Jugag

- alusan
Ada-ada Girisa

- Baladewa


Kangsa


Sabrangan


Karna


d. Ratu Masuk
Ayak-ayakan Panjang Mas
2
Kedhatonan


a. Ngastina (Banuwati)
1. Gendhing Damarkeli
2. Gendhing Gandrung Mangu

b. Wirata
1. Gendhing Tunjung Karoban
2. Gendhing Gandrungmangu (sda)

c. Dwarawati
1. Gendhing Titipati
2. Gendhing Kadukmanis

d. Madura
1. Gendhing Kenyut
2. Gendhing Gantalwedhar

e. Madraka
1. Gendhing Laranangis
2. Gendhing Gandrungmanis

f. Cempala
Gendhing Maskumambang

g. Kumbina
1. Gendhing Puspawedhar
2. Gendhing Undanasih

h. Nglesanpura
Gendhing Rendeh

i. Ngamarta
Gendhing Gentalwedhar
Gendhing Larasati

j. Kahyangan
Ayak-ayakan
3
Pasowanan Jawi


a. Prabu Baladewa
Gendhing Capang

b. Arya Sena
1. Gendhing Dandun
2. Gendhing Gendu

c. Seta Untara
Gendhing Talimurda

d. Samba Setyaki
Gendhing Kedatonbentar

e. Setyaki piyambak (sendiri)
1. Gendhing Titisari
2. Gendhing Larasati

f. Arya Praburukma
1. Gendhing Tirisari
2. Gendhing Prihatin

g. Ugrasena
Gendhing Kedatonbentar

h. Rukmarata
Gendhing Kedatonbentar

i. Sengkuni, Karna
Gendhing Kambangtiba

j. Dursasana
1. Gendhing Semukirang
2. Gendhing Prihatin

k. Burisrawa
Gendhing Bolang-bolang

l. Rukmarata
Gendhing Mandhulpati

m. Trustajumena
Gendhing Randhat

n. Dewa
Gendhing Turirawa
4
Budhalan / Kapalan
1. Lancaran Kebogiro


2. Lancaran Wrahatbala


3. Lancaran Manjarsewu


4. Lancaran Bubaran Njutra


5. Lancaran Singanebah
5
Jejer (2) (Sabrangan)


a. Ratu Ngastina
1. Gendhing Jamba
2. Gendhing Bujangga
3. Gendhing Lana

b. Ratu Ngamarta
Gendhing Bujangga

c. Kakrasana
Gendhing Bujangga

d. Kangsa
Gendhing Babat

e. Narada
Gendhing Peksibayan

f. Dasamuka
1. Gendhing Babat
2. Gendhing Parinom

g. Sabrangan Alus
Gendhing Udansore

h. Hyang Durga
1. Gendhing Lokananta
2. Gendhing Menyanseta

i. Sabrang Telegan
1. Gendhing Rindhik
2. Gendhing Lana

j. Ratu Danawa Nem
Gendhing Majemuk

k. Ratu Danawa Sepuh
1. Gendhing Lobaningrat
2. Gendhing Guntur

l. Buron Wana
1. Ladrang Babat Kenceng
2. Ladrang Wani-wani

m. Antagopa
Ladrang Kaki-kaki Tunggu Jagung

Memanggil Punggawa


- Danawa (raksasa)
1. Ladrang Bedhat
2. Ladrang Muncer
3. Ladrang Alaskobong

- Alus (mis. Narayana)
Ladrang Kembang Gadhung

Mundurnya Punggawa
Srepegan Pinjalan

- Danawa (raksasa) atau bukan


- Perang gagal
Srepegan
6
(Peralihan)
Srepegan Pathet Sanga Wantah
7
Adegan Pandita (Pathet Sanga)


a. Janaka di Madukara
1. Gendhing Kuwung-kuwung
2. Gendhing Danaraja

b. Saptaarga
1. Gendhing Kaluta
2. Gendhing Lara-lara

c. Janaka di hutan
Gendhing Lagudhempel dilanjutkan ladrangan

d. Janaka di goa
Gendhing Dendha Santi dilanjutkan ladrangan

e. Janaka di Setragandamayi
1. Gendhing Lonthang Kasmaran
2. Gendhing Gendreh Kemasan

f. Janaka menjadi emban
(sama dengan e)

g. Janaka menjadi Ciptaning
Gendhing Jongkang

h. Resi Abyasa dan Abimanyu
Gendhing Gandakusuma

i. Kanwa dan Irawan
Gendhing Sumar

j. Pandita dan Bambang
Gendhing Bondhet
Gendhing Lara-lara

k. Bambang Nagatatmala
Gendhing Ela-ela
Gendhing Sumedhang

l. Bambang gusen
Gendhing Kenceng

m. Semar di Klampisireng
Gendhing Loro-loro

n. Semar akan terbang
Gendhing Babarlayar
8
Perang kembang
(adeg danawa)


a. Raksasa di perempatan
1. Lancaran Jangkrik Genggong
2. Ladrang Kagok Madura

b. Raksasa hutan
1. Ladrang Babad Kenceng


2. Ladrang Kagok Madura


3. Lancaran embat-embat Penjalin

c. Ular atau macan
1. Ladrang Babad Kenceng
2. Ladrang Gedrug

d. Muncul Togog dan Saraita (sesudah a dan b)
Srepegan

e. Perang Kembang
Srepegan

f. Togog dan Saraita muncul sesudah para raksasa mati untuk menemui ksatria
Ayak-ayakan kasirep terus suwuk

Catatan:
1. Punakawan dapat menemui para raksasa.
Untuk ini dapat diiringi gendhing.


- Semar
1. Ketawang Langengita
2. Sekar Madukaralalita

- Nalagareng
1. Ketawang Puspagiwang


2. Nini-nini Katisen

- Petruk
1. Sekar Dandanggula
2. Atau sendhon-sendhon yang sesuai
9
Sesudah Perang Kambang


a. Ratu Ngastina
Gedhing Kenceng Barong

b. Ratu Dworowati
1. Gedhing Rondong
2. Gedhing Semeru

c. Ngamarta
Gedhing Gandrung Mangungkung

d. Cempala
Gedhing Laler Mengeng

e. Cempala / Yudhistira
1. Gedhing Candra
2. Gedhing Semiring

f. Ratu Metapralaya
1. Gedhing Renyep
2. Gedhing Sunggeng

g. Arya Werkudoro
1. Ladrang Babad Kenceng
2. Ladrang Kagok Madura

h. Gatutkaca / Pringgandani
1. Gedhing Kenceng Barong
2. Gedhing Genjongguling

i. Welasan (sedih)
Gedhing Tlutur dilanjutkan ladrangan

j. Prabu Jungkungmardeya
Gedhing Renyep

k. Ratu Danawa
Gedhing Galagotang

l. Resi Kasawa
Gedhing Jongkang

m. Wasi Jaladra
Gedhing Gambirsawit

n. Narayana
Gedhing Sumar

o. Begawan Bagaspati
Gedhing Genjong
Gedhing Onang-onang

p. Yamadipati & isteri
Gedhing Genjong

q. Narada dan Endra
Gedhing Gegersore

r. Sanghyang Guru
Gedhing Madukocak

s. Tokoh putri
Gedhing Songgeng

t. Kurawa (begalan)
Ladrang Giyak-giyak

u. Setan menggoda
1. Ketawang Dendha Gedhe
2. Gedhing Dolo-dolo

Catatan:
1.Bila yang dikelirkan adegan Raja Raksasa, adegan sesudahnya atau ada adegan perang menggunakan
Sampak

2. Srambahan untuk wayang liyepan atau putri
1. Ladrang Gonjang-ganjing
2. Ladrang Kembang Tunjung
3. Ladrang Pangkur
4. Ladrang Cluntang
10
(Peralihan)
Sulukan Pathet Manyura Wantah
11.
Pathet Manyura


a. Ratu Madura
Gendhing Capang

b. Ratu Ngastina
Gendhing Gliyung

c. Ratu Madura Sepuh
Gendhing Pucung

d. Ratu Ngamarta
Bila fajar mulai terlihat
Gendhing Bujangganom
1. Gendhing Lagudempel

e. Dwarawati / Ngamarta
2. Gendhing Bang-bang Wetan

f. Putri
Gendhing Ramyang
1. Gendhing Brekutut Manggung
2. Gendhing Montro
3. Ladrang Ladrangmanis

g. Ratu Nggilingwesi dan semua wayang sabrangan telengan
Ladrang Liwung

h. Anoman / Gatutkaca
Ladrang Eling-eling Badranaya

i. Ratu Danawa (Raksasa)
1. Lanjaran Ricik-ricik
2. Ladrang Liwung

j. Singgela
Ladrang Kandangmanyura

Catatan: Bila masih ada satu adegan Ratu Lagi
Ladrang Ricik-ricik
12
Pungkasan (Tancep Kayon)
1. Gendhing Lobong
2. Gendhing Boyong
3. Gendhing Ginonjing
4. Ladrang Manis
Sumber: Nojowirongko, 1954.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More